"Dia pacaran sama cewek cantik, putih, tinggi, langsing, mancung, pokoknya best bangetlah,"
**^^**^^**
Gimana rasanya denger kabar kalau orang yang sudah kamu taksir sejak dulu~~ banget karena ibadahnya membuatmu memperhatikannya malah pacaran, tepat ditanggal kamu sadar kalau kamu suka dia??
Rasanya kayak jatuh ketimpa tangga dihimpit batu keselek rumput saat mau berdiri malah kejedot tiang. Sakitnya gak tanggung-tanggung.
Itulah yang aku rasakan selama beberapa jam ini.
Iya, beberapa jam yang lalu, saat aku membuka salah satu akun sosmed satu-satunya yang aku miliki, kabar itu muncul.
Dia pacaran.
Dan saat aku mengkonfirmasinya pada sahabat baik yang selalu memberikan kabar fresh from the oven tentang dia, rasanya duniaku mau runtuh.
Kenapa hal ini terjadi tepat pada tanggal bersejarah ini Ya Allah??
**^^**^^**
"Woi, Zah, ngapain bengong? Makan tuh mie! Ntar ngambang baru tahu rasa!"
Hafizah menoleh pada Ina, teman baiknya yang tengah menikmati semangkuk mie ayam dikedai Pak Pudin tak jauh dari halte bus sepulang sekolah.
"Hah?? Iya... aku makan, kok," jawab Hafizah pelan sambil menyuapkan sesendok mie kedalam mulutnya.
"Zah...nyam...kamu...nyam...nyam...ada masa...nyam...lah ya?"
Hafizah mengernyit sebelum melayangkan cubitan pelan pada lengan Winda, teman baiknya yang lain. "Hus, kalau bicara jangan sambil makan. Keselek baru sadar kamu!!"
Winda hanya tertawa pelan sambil menyuapkan mie kedalam mulutnya.
"Denger tuh, Win. Kalau cewek perfect ngasih nasehat langsung laksanain dong," Ina tertawa jahil.
Hafizah memasang wajah cemberut. "Ish, kalian ini dibilangin yang baik malah ngeledek. Sebagai cewek, kita harus..."
Mata Hafizah melebar. Kalimat yang sudah diujung lidah tidak jadi keluar. Iris cokelatnya tanpa sadar mengikuti pergerakan dua sosok dihadapannya.
Orang yang dia taksir tengah berbincang akrab dengan seorang cewek cantik, putih, tinggi, langsing, yang Hafizah identifikasi sebagai pacar dari orang tersebut.
Seketika, nafsu makan yang memang buruk menjadi semakin buruk. Rasa sakit kembali menghimpit paru-parunya, menghalangi oksigen untuk memasuki pembuluh darah yang akan dihantarkan menuju...
Ah, kenapa jadi bahas sistem perederan darah? Intinya, Hafizah kembali merasakan sakit yang hampir dia lupakan.
**^^**^^**
Angga 5 minutes ago
Aku sayang banget sama dia. Menurut kamu, aku harus kasih kejutan apa?
Hafizah 4 minutes ago
Kalau kamu sayang dia, jangan pacaran, dong! Sama aja kamu nggak ngehargain dia sebagai seorang wanita.
Angga 4 minutes ago
Maksud kamu?
Hafizah 3 minutes ago
Bukannya aku mau sok ceramah atau gimana, tapi kamu tahu 'kan, kalau dalam agama kita dilarang pacaran? Kalau kamu sayang dia, nggak usah pake acara pacaran segala. Kenapa nggak langsung lamar dia aja?
Angga 2 minutes ago
Aku belum siap.
Hafizah 2 minutes ago
Itu artinya kamu sayang dia bukan karena Allah, tapi karena nafsu.
Angga is offline now
Hafizah menghela nafas. Tangannya menutupi mata untuk menghalangi cahaya yang memasuki retina.
"Ya Allah, salahkah hamba jika berkata seperti itu kepadanya? Hamba hanya ingin dia kembali kepada jalan yang benar. Hamba ingin dia kembali ke jalanMu. Hamba tidak mengharapkan dia membalas perasaan hamba sekarang, Ya Allah. Hamba hanya ingin yang terbaik baginya..."
Harapan Hafizah ikut larut bersama air mata yang menetes entah kapan. Bersama-sama mengarungi dunia mimpi yang telah menjemput.
**^^**^^**
"Dasar cewek kurang ajar! Berani banget kamu bilang yang nggak-nggak sama Angga. Buat apa kamu pake jilbab sedalam ini kalau ternyata sifatmu nggak lebih baik dari orang-orang tanpa pakaian?"
Hafizah mengerjap bingung saat tiba-tiba saja seorang perempuan yang cantik lagi manis berdiri dihadapannya lalu marah tanpa sebab.
"Maaf, apa kita saling kenal?" tanyanya bingung.
Perempuan itu tertawa sinis. "Nggak usah sok polos, deh! Tampang kamu itu nggak bakal nipu aku! Kamu mungkin bisa nipu Angga, tapi nggak mempan sama aku!"
Perempuan itu mendorong tubuh Hafizah keras, yang dengan segera meraih tangan perempuan itu lalu berbalik. Menyebabkan tubuh perempuan itulah yang menghantam tanah, bukan tubuhnya. Yah, bukan salah Hafizah juga, sih. Lagian, mana ada (mantan) atlet senam sepertinya yang membiarkan reflek mereka tidak bekerja dengan cepat?
"Hafizah, apa yang kamu..."
Tubuh Hafizah seketika menegang. Suara itu...
Dengan perlahan Hafizah berbalik, dan orang itu berdiri dengan tatapan tak percaya.
"Kamu mendorongnya? Salahnya apa sampai kamu tega gitu?"
Hafizah hanya mampu berdiri diam. Menyaksikan Angga--orang yang selama ini menjadi pusat masalahnya--membantu perempuan tadi berdiri.
"Aku nggak nyangka kamu bisa berbuat gini. Kupikir kamu cewek baik-baik. Kamu bener-bener mengecewakan,"
Hafizah menatap kepergian mereka dalam diam. Tanpa disadari, setetes air mata mengalir. Membentuk satu garis halus dipipinya.
"Apa salah hamba pada mereka, Ya Allah?"
**^^**^^**
Sudah 2 tahun kejadian itu berlalu. Sekarang Hafizah telah berada di salah satu universitas favorit di provinsinya sebagai mahasiswi sastra.
Jujur saja, untuk waktu 2 bulan, Hafizah masih saja dibayangi oleh kejadian tersebut. Ia pun mencari tahu alasan sebenarnya Thyara--pacar Angga--marah-marah kepadanya.
Ternyata, dihari percakapannya dengan Angga lewat chat FB itu, Angga langsung memutuskan Thyara. Alasannya? Karena Angga beranggapan bahwa ia menyayangi Thyara karena Allah, bukan karena nafsu. Namun, Thyara tidak menerima alasan tersebut. Thyara marah besar lalu mendatanginya yang bahkan tidak tahu apa-apa. Setelah itu, mereka sama sekali tidak pernah bertemu. Hafizahpun memilih berhenti menstalk Angga. (Karena sebenarnya, itu bukanlah hal yang baik untuk dilakukan oleh seorang muslimah sepertinya).
Kabar terakhir yang ia dengar hanyalah Angga berhasil lulus dari sekolahnya dengan nilai memuaskan. Hanya itu. Dan mereka benar-benar putus kontak selama setahun lebih.
Jadi, tidak mengherankan bahwa Hafizah terbengong menatap Thyara. Gadis itu menyapanya saat ia baru saja keluar dari musholla dekat kampus.
"Kamu Hafizah, kan?" sapanya.
"Iya... kamu Thyara?"
Thyara tersenyum. "Iya.. aku bersyukur bisa ketemu sama kamu sekarang. Aku belum sempat bilang terima kasih,"
"Terima kasih? Buat apa?"
"Karena saran kamu itu, aku sadar kalau Angga bener-bener sayang sama aku. Kita pisah, tapi tetap berhubungan seperti layaknya teman. Berkat kamu aku jadi banyak berubah,"
Hafizah masih terdiam untuk sejenak sebelum sebuah senyum tulus terukir diwajahnya.
"Hari ini aku bakalan lamaran. Semua juga berkat saranmu. Makasih banget, ya,"
Senyum Hafizah memudar seiring kepergian Thyara.
Malam itu, Hafizah terbangun dimalam hari untuk melaksanakan shalat tahajud. Mengadukan permasalahannya terhadap Yang Maha Kuasa.
"Ya Allah, hamba tidak mampu lagi menahan perasaan ini. Hamba berusaha menghilangkannya, namun hamba tak mampu. Hamba tulus mencintainya sebagaimana Khadijah mencintai Rasulullah, dalam diam sebagaimana Fatimah mencintai Ali. Namun, hamba tidak mampu lagi memendamnya terlalu lama.
Hamba tahu, tidak seharusnya hamba menginginkan hal ini, namun, jika hamba tidak berjodoh dengannya, maka hapuskanlah perasaan ini Ya Allah. Akan tetapi, jika hamba berjodoh dengannya, maka perlihatkanlah kepada hamba agar hamba dapat membiarkan perasaan ini mengalir, sebagaimana mengalirnya perasaan RasulMu pada umatnya tanpa kenal waktu,"
Sekali lagi ia menangis, membiarkan permasalahan yang tidak mampu ia akhiri ini luruh bersama tetesan air matanya.
**^^**^^**
Hari ini ada pertemuan keluarga. Hafizah menggunakan hari liburnya untuk menghadiri pertemuan antara dua keluarga ini--walaupun ia sendiri tidak tahu pasti siapa yang akan bertamu.
"Assalamu'alaikum," beberapa orang mengucapkan salam diberanda depan, yang dijawab oleh seisi rumah. Hafizah serta kakaknya, Qoriah, segera merapikan duduk mereka.
Serombongan keluarga yang terdiri dari seorang lelaki dan seorang perempuan paruh baya, dua laki-laki sekitar akhir 20-an, dan seorang gadis belia sekitar 16 tahun memasuki rumah mereka yang sederhana. Hafizah tidak melihat wajah mereka dengan jelas, karena dikeluarganya, tidak pantas seorang perempuan menatap lelaki lain yang bukan suami atau keluarganya.
Mereka berbincang-bincang cukup lama, hingga sampailah pada acara inti yang selama ini dinanti Hafizah dan kakaknya.
"Kedatangan kami kesini ialah untuk melamar salah satu dari dua putri anda yang belia ini. Anak saya telah menyatakan keinginannya sejak lama, namun saya baru bisa mewujudkannya sekarang. Biarkanlah anak saya yang bersangkutan mengatakan maksudnya sendiri."
"Benarkah? Ah, pasti kak Qori yang akan dilamar. Beruntungnya..."
"Saya ingin melamarnya sejak lama, namun saya merasa belum mampu untuk memberikan kehidupan yang layak untuknya. Sekarang, saya telah berkehidupan layak, dan mampu untuk menghidupinya. Jadi, Hafizah, maukah kamu menerima saya?"
Hafizah mengangkat wajahnya yang tertunduk. Dihdapannya, duduk seorang lelaki yang telah menghiasi doanya selama 6 tahun ini.
Angga.
**^^**^^**
Cerita hasil patah hati yang saya ketik dalam waktu 3 jam. Kerasa nggak, ngenesnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar