Rabu, 06 November 2019

Balimau di Kampung Sijangek

Memasuki bulan Ramadhan, setiap umat manusia menyibukkan diri untuk menyambut bulan suci yang dinanti-nanti ini. Membersihkan rumah, menyiapkan perangkat shalat terbaik, memasak hidangan untuk disantap saat sahur pertama, bahkan kembali ke kampung demi menikmati puasa pertama bersama sanak keluarga. Tiap orang memiliki cara sendiri dalam menyambut bulan keberkahan ini, tak terkecuali dengan masyarakat Minangkabau. Tiap Sya’ban mencapai akhirnya, masyarakat Minang berbondong-bondong melakukan balimau atau mandi besar. Balimau ini didasarkan pada ajaran Islam untuk mensucikan diri sebelum menjalankan ibadah puasa. Tradisi ini dipercaya sudah dilakukan selama berabad-abad dan masih dipraktekkan hingga sekarang.


Limau pada kata balimau didasari pada penggunaan jeruk nipis (dalam bahasa Minang disebut limau) sebagai pembersih tubuh. Orang dulu tidak semuanya punya sabun. Sifat jeruk nipis yang asam dan dapat melarutkan keringat atau minyak dibadan menjadi alasan penggunaan buah ini. Bukan hanya jeruk nipis, irisan daun pandan, bunga kenanga atau tumbuhan lain yang menghasilkan aroma harum juga digunakan. Penggunaan harum-haruman ini untuk memberikan aroma sedap ditubuh, sehingga tubuh bukan hanya bersih dari kotoran, namun juga wangi di hidung.

Balimau bersama ini dilakukan karena faktor orang masa dulu tidak semuanya punya kamar mandi di rumah. Alhasil, masyarakatpun memanfaatkan sungai atau tempat pemandian umum untuk mandi. Sungai memang lazim digunakan sebagai tempat mandi maupun mencuci. Maka tak heran jika masyarakat yang kurang mampu mandi di sana. Dalam prakteknya sendiri, antara laki-laki dan perempuan dipisahkan. Sementara laki-laki mandi di sungai, perempuan mandi di sumur umum sehingga tidak bercampur. Pada dasarnya, di daerah manapun di Minangkabau ini, pelaksanaan balimau sama. Perbedaannya hanya pada lokasi saja.

Seiring waktu, masyarakat Minangkabau mulai lebih modern. Kemampuan ekonomi masing-masing juga mulai membaik, sehingga perlahan masyarakat membangun kamar mandi sebagai bagian dari rumah. Adanya kamar mandi menyebabkan balimau bersama di sungai atau pemandian mulai dipinggirkan. Kamar mandi dipilih karena menyediakan semua yang dibutuhkan tanpa harus repot-repot mengangkut dengan jarak jauh. Penggunaan limau juga mulai dilupakan, karena sabun dan sampo yang tersedia jauh lebih membersihkan.

Namun, bukan berarti tradisi ini hilang begitu saja. Perlahan-lahan, tradisi ini kembali di semarakan. Jika dulu masyarakat harus berjalan kaki untuk mandi, sekarang sudah tersedia mobil sehingga tampaklah keramaian balimau itu. Hanya saja, pelaksaan balimau hari ini tidak lagi sesuai dengan dulu. Laki-laki dan perempuan bercampur di satu tempat, biasanya pemandian umum atau objek wisata yang menyediakan kolam pemandian. Penyimpangan ini menyebabkan tradisi balimau ternodai, bukan lagi balimau tetapi balunau (berkotor-kotor).

Pemerintah Sumatera Barat melarang pelaksanaan balimau seperti ini. Sekarang, sudah jarang dilihat masyarakat yang bersama-sama pergi mandi menjelang bulan puasa. Karena pada dasarnya tradisi balimau yang mereka lakukan bukannya mensucikan tubuh dari dosa, tetapi malah menambah dosa. Masyarakatpun sudah tidak lagi tertarik untuk mandi bersama.

“Dulu untuk balimau itu kami harus jalan kaki ke Ombilin. Disana tempatnya luas, banyak menampung orang. Beramai-ramai kesana. Kadang karena ramainya, sampai harus berangkat jauh-jauh hari,” cerita pak Aguih, salah seorang warga Sijangek. Memang, tak peduli tua atau muda, besar atau kecil, warga Sijangek akan pergi bersama-sama untuk menjalankan tradisi. Antusiasme masyarakat terutama anak-anak yang ingin bermain air mengudara di segala penjuru.

Kini, hampir tidak ada orang Sijangek yang pergi balimau. Seperti alasan kebanyakan orang, tersedianya kamar mandi dan sabun yang mudah dijangkau menyebabkan mereka tidak lagi balimau bersama. Jarak tempat mandi yang jauh dan pelaksanaan yang telah melenceng juga termasuk faktor.
“Sekarang masih, hanya di rumah saja. Kalau ada limau di rumah, potong-potong lalu masukkan ke air, baru mandikan ke badan. Kalau tidak ya pakai sabun saja,” akhir pak Aguih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar